Liburan 3 Hari di Kutoarjo dan sekitarnya: objek wisata, kuliner & tips

Liburan ke Kutoarjo

Mudik Lebaran 2015 lalu aku mengunggah beberapa foto kampung mbah (nenek/kakek dalam bahasa Jawa) aku di Desa Kunirejo Kulon, Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Namun karena stasiun kereta api besar terdekat adalah Stasiun Kutoarjo, aku lebih sering menjawab “Kutoarjo” setiap ditanya di mana kampungku padahal Kutoarjo adalah kecamatan tetangga. Duh, aku jadi merasa bersalah tidak menjadi duta Kecamatan Butuh yang baik.

Adam sempat beberapa kali mengomentari foto-fotokuku yang kebetulan Lebaran lalu sedang musim hujan, jadi nuansanya sendu-sendu gimana gitu. Dengan impulsif aku tawari Adam untuk ikut mudik di Bulan Oktober. Berdua? Ya nggak lah. Sama Susan juga dong pastinya, kalau nggak nanti aku dijambak, dicakar, di-voodoo..Jalan-jalan ke Kutoarjo

Ternyata Adam dan Susan yang saat itu sedang piknik di Australia mau, loh, dengan tawaranku! Mungkin mereka impulsif juga. Hahaha.. Setelah itu aku berpikir keras: mau ngapain ya nanti di kampung.. aku kan biasanya cuma nongkrong di sawah atau main sama ayam..

Perjalanan 3 hari 2 malam itu kami lalui ber-4, aku, Susan+Adam, dan Nadia (teman jalanku).

Objek Wisata di Kutoarjo dan sekitarnya

Mungkin belum banyak yang tahu, di Kutoarjo (dan sekitarnya) terdapat obyek wisata yang menarik. Mau main-main ke pantai ada Pantai Ketawang yang jika terus dijelajahi bisa sampai Pantai Glagah, mau lihat-lihat benda pusaka bisa ke Museum Tosan Aji. Suka gelap-gelapan? Boleh lho, menelusuri Goa Seplawan. Atau mau basah-basahan? Bisa coba rafting di Sungai Bogowonto atau sekadar menikmati air terjun Siklotok.

Sayangnya, karena waktu yang sebentar dan musim juga sedang kemarau yang kering kami hanya sempat mengunjungi 2 tempat saja.Pemandangan cantik Kutoarjo

1. Pantai Glagah

Pemecah ombak dan laguna, dua hal tersebut yang langsung menarik perhatian di Pantai Glagah. Di laguna kita dapat melakukan aktivitas seperti menaiki perahu bebek, perahu motor, mendayung kano, bermain air, atau duduk-duduk bengong sambil minum air kelapa muda di bawah pohon. Sementara itu kita dapat melihat pemecah ombak yang berukuran super besar berdiri gagah di kejauhan. Tidak semua bagian pantai dibentengi pemecah ombak. Ada juga kok yang bisa dimainkan pasirnya, namun tetap harus hati-hati karena ombak yang begitu dahsyat.

Dari letak geografisnya Pantai Glagah masuk dalam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di Kabupaten Kulon Progo, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah. Untuk mencapainya sangat mudah, jika kita melalui jalur utama Yogya Wates yang sering dilalui bus antar kota antar provinsi, sampai di Jalan Raya Wates-Purworejo ada penunjuk arah untuk belok kiri (dari arah Yogya) atau kanan (dari arah Purworejo) lalu tinggal mengikuti jalan saja.

Alternatif lainnya adalah lewat jalur selatan Pulau Jawa yang lebih dikenal dengan Jalur Daendels. Kami mengambil jalur kedua ini dengan memulainya dari Pantai Ketawang, Kutoarjo. Dibandingkan dulu, sekarang kondisi jalannya sudah lebih lebar dan lebih halus walau di beberapa bagian masih banyak juga yang bergelombang. Semakin dekat ke pantai jalan menjadi lebih sempit. Namun tak perlu khawatir, kita akan sangat jarang berpapasan dengan kendaraan lainnya. Oya, jika melalui jalur kedua ini kita harus sedikit waspada karena penunjuk jalan untuk berbelok ke arah pantai tidak begitu jelas, hanya berpatokan pada tugu kecil di pertigaan jalan. Ada baiknya untuk bertanya terlebih dahulu pada masyarakat sekitar atau memanfaatkan Waze/Google Map.

Retribusi masuk Objek Wisata Pantai Glagah – Pantai Congot: Rp 4.000,-/orangPantai Glagah

2. Goa Seplawan

Berada di gugusan Menoreh dengan ketinggian 700 m di atas permukaan laut, Goa Seplawan yang terletak di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, sesungguhnya hanya berjarak sekitar 20 km dari pusat kota (Purworejo). Pastikan untuk menggunakan kendaraan yang memadai karena kondisi jalan menuju obyek wisata memiliki tanjakan dengan kemiringan yang ekstrim curamnya dan panjang pula.

Goa alam ini terkenal dengan ditemukannya arca Dewa Syiwa dan Dewi Pawestri yang saat ini berada di Museum Nasional Jakarta. Namun begitu kita tetap dapat melihat replikanya yang terletak di pelataran goa.Masuk Gua Seplawan

Dengan panjang goa + 700 m dan cabang-cabang goa sekitar 150 m – 300 m, goa ini dilengkapi fasilitas listrik sebagai penerangnya. Aku tetap menyarankan untuk membawa penerangan sendiri juga karena jika ingin menelusuri cabang-cabang goa tersebut fasilitas listrik tidak tersedia, sementara sumber air untuk membasuh wajah agar awet muda berada di salah satu cabangnya. Untuk keamanan dan kenyamanan kita juga dapat memanfaatkan jasa guide lokal dengan tips seikhlasnya. Oya, sebaiknya tidak memakai sepatu, ya, jika kita akan menelusuri Goa Seplawan karena kita akan bertemu banyak air sehingga kita akan sedikit (banyak) basah-basahan.

Selain menelusuri goa, di pelatarannya terdapat bukit yang ketika kami ke sana sedang dibangun Gardu Pandang. Dari sana kita dapat melihat pemandangan yang luar biasa. Pegunungan, jalan raya yang super kecil, waduk, dan laut selatan di selatan sana (ya iyalah..). Jika kita berniat untuk camping, ada juga camping ground yang dapat kita manfaatkan. Silakan hubungi Mas Kelik di 085287487584 untuk informasi lebih lanjut. Retribusi masuk Goa Seplawan: Rp 3.000,-/orang (hari biasa)Menyusuri Gua Seplawan

5 Kuliner Asik di Kutoarjo dan sekitarnya 

1. Kupat Tahu Pak Marto Diwiryo, Pasar Prembun

Harga: Rp. 7.000,00/porsi
Berbahan dasar kupat (ketupat), irisan tipis kol, tauge, dan tahu yang dipotong dadu kecil-kecil, kupat tahu ini berbeda dengan kupat tahu berbumbu kacang kental atau petis. Bersama ulekan kasar kacang dalam piring, seluruh bahan dasar kemudian disiram dengan kuah kecap cair dan ditaburi bawang goreng sebagai pelengkapnya.Kupat Tahu Prembun

2. Es Dawet Hitam Jembatan Butuh

Harga: Rp. 3.000,00/porsi
Banyak berjejer warung es dawet hitam dengan tulisan ASLI di sepanjang jalan raya Prembun-Kutoarjo, namun es dawet hitam Jembatan Butuh lah yang benar-benar asli. Sangat mudah mencarinya, warung dawet ini berada di sebelah kanan jalan jika kita datang dari arah Prembun tepat setelah jembatan Butuh yang panjang.

Warna hitam dawet berasal dari campuran abu bakar jerami dan air hingga menghasilkan warna hitam. Dawet ini disajikan dengan kuah santan yang sudah dicampur serutan es batu lalu ditambah sedikit air gula. Rasanya yang manis dan gurih membuatnya tak cukup kalau hanya minum satu kali.Es Dawet Hitam

3. Wedhang Rondhe Alun-alun Kutoarjo

Harga: (kalau ga salah ingat) Rp 5.000,-
Wedhang rondhe merupakan minuman hangat dengan rasa jahe. Dalam semangkuk wedhang rondhe di dalamnya terdapat pula kacang tanah, kolang kaling, bola-bola tepung ketan (biasa berisi kacang tanah), dan beberapa iris roti. Sangat cocok diminum di cuaca yang dingin atau saat sedang masuk angin.Wedang Susu

4. Sate, Tongseng, dan Gulai Kambing H. Kusno, Stasiun Prembun

Harga: + Rp. 30.000,00/porsi
Jauh dari hingar bingar pusat kota, warung makan bersahaja ini menyajikan kuliner kambing yang luar biasa nikmat. Saking enaknya aku jadi mendadak suka kambing kalau kesana. Setiap masakan yang dipesan akan dimasak saat itu juga sehingga tersaji dengan segar, jadi harap bersabar untuk menunggu pesanan datang, ya. Tak perlu khawatir, suasana warung yang layaknya di rumah sendiri membuat kita bisa santai-santai sambil cemal-cemil penganan dalam toples yang ada di atas meja. Jangan lupa bayar, lho, setelahnya!Sate, tongseng dan gulai kambing

5. Kelapa Muda

Harga: GRATIS DARI HALAMAN RUMAH!!!
Ini sih yang paling asik. Kalau biasanya di kota kita agak sulit jika ingin minum kelapa muda, nah.. di kampungku pohonnya bertebaran di halaman rumah. Segar, sehat, tapi nyusahin orang yang metik sih. Hahaha..Makan kelapa dari kebun sendiri

Tips Cihuy Liburan ke Kutoarjo

1. Pakaian

Mengingat Kutoarjo berada di dataran rendah, cuaca di sekitarnya cenderung panas dengan udara lengket di tubuh. Sebaiknya gunakan pakaian yang menyerap keringat dan tidak ketat sehingga nyaman untuk beraktivitas. Jangan kenakan celana gemas kalau tidak ingin jadi tontonan. Akan tetapi di musim tertentu cuaca dapat menjadi sangat dingin pada malam hari dan berkabut tebal pada pagi harinya.

2. Masyarakat yang ramah sekaligus “peduli”

Seperti orang Jawa pada umumnya, kebanyakan masyarakatnya ramah. Namun harus bersiap juga karena tidak sedikit yang ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan pribadi seseorang, seperti umur, sudah menikah belum, kenapa begini, kenapa begitu. Tidak perlu memberi jawaban detail, lebih baik kalau tidak nyaman alihkan pembicaraan ke hal lain.Warung di depan Gua Seplawan

3. Pahami arah mata angin

Untuk orang yang akrab dengan kanan/kiri sebagai penunjuk arah, jangan kaget jika bertanya pada orang lokal (walau tidak semua) akan dijawab menggunakan arah mata angin.

Lor = Utara

Kidul = Selatan

Wetan (lafal e diucapkan seperti pada kata kecap) = Timur

Kulon = Barat

Dan kami sangat biasa menyebut arah mata angin jika ingin bepergian, misalnya mau ke kampung tetangga di arah timur maka ketika berpapasan dengan orang dan ditanya mau ke mana akan dijawab, “Ngetan!”. Hehe..

4. Optimisme yang menipu

Maaf, bukan bermaksud menghasut, namun jangan percaya begitu saja jika bertanya jarak pada orang lokal. Sudah dekat bisa berarti 1 km lagi. Waktu kami ke Goa Seplawan bahkan yang katanya tinggal 2 km kalau dihitung-hitung totalnya 6 km. Jadi, jika bertanya jalan lebih baik tanya patokan-patokannya saja sementara urusan jarak serahkan saja pada yang di atas.Selfie dulu dari menara pandang

5. Memanfaatkan waktu libur yang lebih

Kutoarjo berada tidak jauh dari daerah wisata lain seperti Yogyakarta atau Dieng. Jika memiliki waktu lebih tidak ada salahnya untuk menyambangi dua obyek wisata tersebut. Untuk ke Yogyakarta dapat memanfaatkan kereta api lokal Prambanan Ekspress dengan waktu tempuh sekitar 1 jam saja. Bisa juga menggunakan kereta api jarak jauh namun dengan tarif yang lebih mahal.

Sedangkan untuk mencapai Dieng kita dapat menggunakan kendaraan umum menuju Wonosobo, kurang lebih 1,5 jam sudah sampai di Wonosobo untuk menikmati semangkok Mie Ongklok sebelum lanjut ke dataran tinggi Dieng menggunakan microbus.

Sekian dulu catatan pergi dulu bersama Pergi Dulu yang menyenangkan. Oya, ternyata terjadi kegaduhan di kampungku setelah kami pulang: orang-orang mengira Adam calon suami aku!! Hahahaha *sungkem-sama-Susan* *sungkem-sama-pacar-beneran*Gua Seplawan

Musim kemarau di Kutoarjo

Sunset cantik di Purworejo

Tangga di dalam Gua Seplawan

Pemandangan dari Gardu Pandang Goa Seplawan

Sunset saat road trip di Kutoarjo

Nah….cerita di atas adalah guestpost dari Lia Susanti yang waktu itu sempat mengajak kami jalan-jalan ke kampungnya. Seru kan?! Terima kasih Lia sudah mengajak mudik, menemani selama di sana dan berbagi ceritanya di sini. Ada yang mau ngajak PergiDulu main-main ke tempatnya? 😉

Join the discussion 16 Comments

Leave a Reply