Waroeng Solo – Suasana dan rasa Solo di Jakarta

By July 27, 2012July 28th, 2012Food

“Saya ini lagi di Jakarta atau di Solo?” sekilas saya membatin ketika memasuki restoran Waroeng Solo. Seorang perempuan berkebaya sedang membatik di samping sekelompok musisi yang sedang membawakan lagu..tunggu dulu.. “The End of The World!” Lagu berbahasa Inggris, dilantunkan dengan pengucapan yang beraksen Jawa kental, diiringi musik keroncong. Dan ini cuma satu dari keunikan Waroeng Solo di Jakarta yang bikin saya suka.

Waroeng Solo tampak depan

Waroeng Solo tampak depan

Makanan di Waroeng Solo

Sebenarnya, saya bukan penggemar makanan Jawa yang terkenal manis. Lalu kenapa saya bisa suka makan di Waroeng Solo? Awalnya karena ajakan teman, lalu saya mencicipi pesanan teman saya itu, asem-asem ceker. Menu ini isinya beberapa potong ceker ayam dengan kuah berwarna cokelat, dilengkapi potongan-potongan cabai. Manis campur pedas. Lezat!

Selain asem-asem ceker, menu favorit saya adalah garang asem. Isi menu berbumbu santan yang dibungkus daun pisang ini ada beberapa pilihan, yaitu daging ayam suir, beberapa potong sayap ayam, atau ati ampela. Rasanya asam campur sedikit pedas, segar dengan potongan tomat hijaunya. Selain dua menu ini, masih banyak pilihan makanan di Waroeng Solo, antara lain selad solo, gudeg krecek, nasi liwet, pecel, dan sosis Solo.

Garang Asem di Waroeng Solo

Garang Asem di Waroeng Solo

Menu minuman di Waroeng Solo pun cukup unik bagi saya yang kurang terbiasa dengan menu Jawa Tengah. Beberapa jenis minuman sudah saya coba, dan favorit saya hingga kini adalah es degan gulo jowo yang manis dan segar. Cocok banget untuk diminum setelah berpanas-panas di jalanan Jakarta. Pilihan minuman segar lainnya antara lain es degan jeruk, es beras kencur, es blewah, dan es cendol. Buat kamu yang lagi nggak bisa minum dingin, jangan khawatir, ada juga kok pilihan lain seperti kunir asem dan wedang jahe.

Suasana di Waroeng Solo

Makan di Waroeng Solo Jakarta terasa seperti benar-benar berada di Solo. Bangunan restoran ini dari kayu, meja kursinya pun dari kayu. Tengok ke kolong beberapa meja di sana, dan kamu akan melihat hal menarik: kaki meja terbuat dari bekas meja jahit. Dekorasi interior seperti foto hitam putih, lukisan, dan hiasan lainnya sangat mengingatkan pada suasana tempat-tempat di Solo dan sekitarnya yang pernah saya kunjungi. Suasana Solo makin diperkuat dengan adanya patung loro blonyo dan becak.

Musisi keroncong di Waroeng Solo

Musisi keroncong di Waroeng Solo

Berbagai pilihan makanan tersedia di meja besar yang dijaga oleh beberapa pramusaji. Kita bisa memilih menu langsung di meja itu ataupun dari meja makan kita sendiri. Sebagian makanan ditaruh di atas piring beralaskan daun, sebagian dibungkus daun, sebagian lagi di dalam panci.

Meja sajian dan peralatan makan - Waroeng Solo

Meja sajian dan peralatan makan – Waroeng Solo

Restoran Waroeng Solo tidak dilengkapi AC, tapi bagian dalam restoran tidak terasa panas berkat angin yang berhembus lewat banyaknya pintu dan jendela yang dibiarkan terbuka. Mereka pun menyediakan beberapa meja panjang di teras depan dan samping. Mungkin karena ruangan yang cenderung terbuka dan banyaknya tanaman di sekitar restoran, mulai senja biasanya cukup banyak nyamuk yang mengganggu. Jadi kalau kamu makan malam di sana, bisa siapkan cairan atau krim anti nyamuk, agar acara makan malam tetap nyaman.

Lokasi & Jam Operasional Waroeng Solo

Waroeng Solo beralamat di Jl. Madrasah 14, Jakarta Selatan, tak jauh dari Kemang. Untuk yang tidak membawa mobil sendiri, tenang saja, banyak taksi berseliweran di jalan ini, angkot dan bus pun ada. Kalau supir taksi bingung di mana lokasinya, tinggal bilang saja, “Di sebelah TPU Jeruk Purut, Pak!” Biasanya sih pada mengerti. Eit, jangan membayangkan yang angker dulu, suasana nyaman di restoran ini dijamin akan membuat kita tenang dan santai kok kalau makan malam di sana.

Suasana Waroeng Solo

Suasana Waroeng Solo

Waroeng Solo menghidangkan makanan dari pukul 10.00 WIB dan tutup pada pukul 22.00 WIB, tapi mereka bilang pengunjung bisa menikmati kopi atau teh di situ sejak lebih pagi. Restoran ini kadang dijadikan tempat untuk acara tertentu, jadi kadang ditutup untuk publik. Biasanya mereka sudah memasang pengumuman akan tutup sejak beberapa hari sebelumnya, tapi kalau kita nggak ke sana tiap hari ya resikonya kita belum tentu tahu kalau mereka akan tutup. Kalau ini terjadi saat kamu ingin makan di Waroeng Solo pertama kalinya, saran saya sih jangan kapok untuk mencoba ke sana lagi, karena restoran ini menyenangkan dan memberi warna berbeda akan Jakarta. Sudah cukup banyak teman yang saya ajak ke sana, dan semuanya puas!

Further reading in Jakarta Globe here.

Cari hotel murah lewat Agoda. Best price guarantee!

Vira is a guest writer for Pergi Dulu. You can follow her on twitter @indohoy and read her blog at http://indohoy.com/

Leave a Reply