Itinerary Liburan ke Flores 5 Hari 4 Malam

By December 30, 2016June 24th, 2019Indonesia
Flores Di Bulan Desember

Tahun 2013 sebenarnya sayaΒ sudah pernah ke Flores bersama Adam dan keluarganya. Waktu itu kami ke Kanawa & Seraya masing-masing 3 malam dan sempat 1 hari keliling Taman Nasional Komodo, kemudian overland dari Labuan Bajo sampai Maumere sekitar 5 hari.

Pertengahan Desember 2016 kemarin kami dapat tawaran jalan-jalan bareng salah satu provider telekomunikasi dan dari itinerary-nya ada beberapa tempat baru yang Β belum pernah dikunjungi.Β Berikut ini Itinerary Liburan ke Flores 5 Hari 4 Malam, siapa tau bisa dijadikan gambaran buat yang mau liburan ke sana.Pulau Padar Flores

Hari ke-1 : Labuan Bajo – LOB

Begitu sampai di Bandar Udara Komodo dengan terminal baru yang diresmikan tahun 2015 lalu, kami dijemput oleh driver dan langsung menuju pelabuhan. Di sepanjang jalan ada banyak spanduk bertuliskan ‘Telkomsel 4G’. RupanyaΒ menurut Bang Iron, driver kami, Flores sudahΒ kebagian jaringan 4G sejak 2 bulan yang lalu. Profesi driver sewaan pun jadi makin digemari karena komunikasi mudah. Kalau lagi tidak bisa ambil job, mereka tinggal telepon dan mengoper job tersebut ke temannya.

Sampai pelabuhan, kami dijemput dengan kapal kecil dan diantar ke kapal LOB (Live On Board) kami. Ini pertama kalinya saya ikut LOB dan saya langsung terkagum-kagum lihat kapal besar dengan model phinisi yang gagah. Katanya bagian bawah kapalnya didatangkan dari Sulawesi, tapi bagian atasnya ditambahkan di Labuan Bajo.

Kapal yang kami naiki namanya Aqua Luna Selini, staff-nya semua berasal dari pulau tetangga yaitu Bima, NTB. Sempat ngobrol dengan beberapa staff dan katanya mereka pulang sekitar satu bulan sekali. Tapi katanya meskipun jarang ketemu keluarga, setidaknya tiap hari bisa telepon atau sms-an sinyal henpon masih lancar.Begitu kapal jalan menuju Pulau Kalong, kami masih kebagian sinyal 4G yang kencang dan lancar. Memang di beberapa titik ada blank spot, tapi lumayan banget lah masih bisa posting atau cek temlen. Pantesan kemarin waktu berada di daerah yang sinyalnya kuat para staff kapal yang lagi santai langsung sigap pegang henpon.

Hari itu destinasi kami cuma menuju Pulau Kalong, menunggu sampai matahari terbenam dan ribuan kalong terbang keluar dari hutan di pulau tersebut untuk mencari makan. Pemandangannya sangat unik, langit merah muda cantik ditemani oleh ribuan titik hitam yang terbang melewati kami. Hari semakin gelap dan kapal kami mulai bergerak bergeser mendekatiΒ destinasi kami keesokan harinya. Malam itu kami tidur nyenyak di dalam kapal yang punya 5 kamar ini.Masih Ada Sinyal 4G Telkomsel Di Laut

Hari ke-2: Β LOB – Labuan Bajo

Pagi-pagi kapal kami sudah jalan menuju Pulau Padar untuk menikmati sunrise. Ombak di sekitar Pulau Padar saat itu lumayan tinggi akibat angin kencang. Begitu kami merapat, sudah ada beberapa kapal lain yang tiba lebih awal. Terlihat beberapa kelompok pengunjung lain sudah mulai menaiki bukit untuk mendapatkan view dari puncak.

Ada beberapa spot yang sudah terkenal sebagai ‘the spot’ untuk ambil foto dengan angle terbaik. Tinggal disesuaikan saja dengan kemampuan mau naik seberapa jauh. Tapi kalau naik terus sampai atas, bisa dapat sinyal buat posting (biar eksis!). Bahkan salah satu teman kami ada yang sampai bisa balas email kerjaan di atas bukit sana πŸ˜‰Staff Kapal LOB FloresDari Pulau Padar, kami sarapan di kapal sambil bergerak ke destinasi berikutnya: Pulau Komodo. Mendekati Pulau Komodo pokoknya semua orang senang karena sinyal lancar. Pulau Komodo terpilih sebagai salah satu pulau yang dipasang BTSΒ untuk mempermudah wisatawan yang ingin berbagi dan menyebarkan eksotismeΒ daerah iniΒ ke seluruh dunia khususnya melalui media sosial.

Menurut Pak Hakim, ranger kami, kebutuhan ranger semakin meningkat karena jumlah turis yang datang ke Pulau Komodo juga semakin bertambah. Bahkan kalau sedang peak season (biasanya bulan Agustus), pengunjung harus antri trekking karena jumlah ranger tidak cukup untuk mendampingi pengunjung.Di Pulau Komodo pengunjung memang diberikanΒ pilihan rute yang semuanya harus ditemani dengan ranger. Ya maklum lah komodo kan bukan binatang jinak. Selain itu ranger juga bisaΒ bantu ambil foto kamu bareng komodo karena sudah tau angle yang bagus. Turis mancanegara biasanya suka trekking ke hutan sedangkan turis lokal biasanya ambil rute singkat atau langsung menuju area dapur untuk melihat komodo yang sedang bersantai.

Dari Pulau Komodo, tadinya kami mau lanjut ke Pink Beach, namun begitu lewat di depannya rupanya saat itu lumayan ramai. Sudah ada hampir 10 kapal yang parkir dan pantainya terlihat lumayan padat. Untungnya Tina (guide lokal kami) dan kapten kapal punya pengetahuan yang banyak tentang Taman Nasional Komodo ini sehingga kami langsung ganti destinasi menuju Pulau Mauwang yang pasirnya juga sama-sama berwarna pink tapi tidak ada orang lain di sana. Yay! Serasa pulau pribadi πŸ˜‰Pulau Mauwang Pink Beach FloresSebelum balik ke Labuan Bajo, kami masih kebagian 1 destinasi unik lagi yaitu Pulau Sembilan. Pulau ini sebenarnya gusung yang kalau dilihat dari atas seperti angka 9. Di tengah bulatan angka 9 ada kolam yang di dalamnya hidup sekelompok stingless jellyfish alias ubur-ubur yang tidak menyengat. Ada yang bening dengan kombinasi warna coklat pucat, ada juga yang seperti bunga dengan tentakel berwarna biru terang. It’s pretty cool!!Sampai di Labuan Bajo kami langsung makan malam dan check-in ke Hotel Bintang Flores.

Hari ke-3: Labuan Bajo – Ruteng

Pagi-pagi setelah sarapan kami langsung check-out dan menuju ke Cunca Rami. Dalam bahasa lokal cunca artinya air terjun, sedangkan rami artinya hutan. Lokasinya memang di tengah hutan. Biasanya trekking dari tempat parkir butuh waktu sekitar 1.5 jam.

Untungnya dengan komunikasi & jaringan yang mantap, semalam sebelumnya Tina berusaha mengkontak para guide lokal lain dan teman-teman driver lokal, berhasil dapat info kalau ada jalur pintas yang medannya datar dan cuma makan waktu sekitar 20-30 menit trekkingnya. Yay! The power of kearifan lokalΒ πŸ™‚

Sampe di Cunca Rami memang keren banget pemandangannya. Air terjunnya tinggi dan debit airnya lagi lumayan besar. Area kolamnya cukup besar dan banyak bebatuan di sekelilingnya. Cuma harus hati-hati karena batu-batunya licin Β akibat berlumut. Lebih baik jangan pakai sendal deh. Untuk foto juga agak sulit karena cipratan airnya cukup kencang, jadi kameranya gampang basah. Jadi memang mending dinikmati aja deh air terjunnya.Cunca Rami FloresTrekking balik ke tempat parkir, kelompok kami terpecah 2 dan yang di belakang ternyata nyasar padahal udah jalan sama orang lokal yang tinggal di kampung setempat. Untungnya di kampung tersebut sudah ada sinyal sehingga bisa telepon-teleponan sama kelompok yang nyasar dan disusulin untuk dijemput. Tips: jangan jalan sendiri, pakai orang lokal sebagai guide dan kasih aja tips.

Hari ini rencananya ada destinasi lain tapi karena keenakan di Cunca Rami ditambah sedikit nyasar trekking, akhirnya sudah terlalu sore sehingga kami langsung check-in di Hotel FX 72 Ruteng yang lokasinya dikelilingi area persawahan hijau.Area Pesawahan Di Ruteng Flores

Hari ke-4: Ruteng – Labuan Bajo

Check-out dari hotel di Ruteng kami langsung menuju arah kembali ke Labuan Bajo. Di perjalanan kami mampir ke Cancar, area yang terkenal dengan sawah berbentuk jaring laba-laba yang sebenarnya merupakan sistem pembagian lahan tradisional untuk warga setempat.

Untuk bisa melihat bentuk jaring laba-laba kita harus naik ke atas bukit kecil lewat area perkebunan warga setempat. Biasanya pengunjung diminta mengisi buku tamu dan membayar recommended fee sebesar Rp 20.000/orang karena mereka sudah membuat tangga ke atas sehingga jalurnya lebih nyaman. Sampai di atas sinyal sangat kuat karena ternyata ada BTS menjulang tinggi di area kampung tersebut.Dari Cancar kami lanjut lagi ke Kampung Todo. Kampung ini merupakan kampung Manggarai pertama di Flores. Konon dulu raja Manggarai dan para petinggi kerajaan tinggal di sini. Bentuk rumahnya mirip dengan yang di Waerebo, hanya saja di sini cuma ada 3 dan di sekitarnya sudah ada rumah-rumah biasa. Keuntungannya ke Kampung Todo ini tidak perlu pakai trekking karena mobil bisa langsung parkir di depan kampungnya.
Rumah Tradisional Di Kampung TodoBahkan sekarang Pak Titus (juru kunci di Kampung Todo) sudah mulai menyiapkan homestay bagi tamu yang mau menginap di sana. Tinggal kontak saja via telepon.

Karena waktu kami sampai ke Kampung Todo sedang hujan, tiba-tiba kami tergoda dengan penjual baso yang sedang keliling kampung sebelah. Untungnya Bang Iron langsung sigap minta nomor HP si penjual baso sehingga begitu kami sampai di Kampung Todo, Bang Iron langsung telepon dan mengarahkan si penjual baso untuk menyusul kami ke Kampung Todo. (Gak jauh koq…paling cuma 1km).Mas Bejo Penjual Baso Dari Jawa Di FloresPenjual baso ini rupanya berasal dari Purwodadi, Solo. Mas Bejo, begitu katanya namanya, sudah 2 tahun di Ruteng dan setiap harinya naik motor sekitar 4 jam dari tempat tinggalnya untuk jualan baso. Jualannya laku karena di Flores jarang ada baso dan kata Bang Iron entah kenapa kalau masakan Jawa selalu disukai. Mungkin karena lebih kuat rasanya.Selesai kenyang makan baso, kami memulai perjalanan kembali ke Labuan Bajo dan tiba di Hotel Bintang Flores menjelang sunset. Makan malam di Mediterraneo.

Hari ke-5: Labuan Bajo – (pulang)

Hari terakhir santai-santai saja. Penerbangannya tengah hari, jadi ada waktu beberapa jam buat nongkrong-nongkrong di pusat kota Labuan Bajo. Kemarin kami nongkrong di Le Pirate (iya…sama dengan yang ada di Nusa Ceningan, Bali) sampai tiba waktunya penerbangan pulang.Mengunjungi Komodo Di Pulau KomodoSeru kan Itinerary Liburan ke Flores 5 Hari 4 Malam-nya! Beberapa destinasi yang kami kunjungi memang cukup non-mainstream oleh karena itu perlu dimaklumi kalau butuh waktu yang agak lama terutama dalam perjalanan daratnya. Kalau ada yang butuh kontak TO (Trip Organizer) atau local guide di Labuan Bajo, langsung aja kontak Tina (akun Instagram –> @tinaedenae) no tlp: 085238883006. Selamat planning liburan ke Flores! πŸ™‚

Join the discussion 44 Comments

Leave a Reply