Tak bisa dipungkiri kalau Bandung sekarang semakin panas, khususnya di area tempat tinggal kami di Bandung selatan yang memang banyak pabrik dan tidak ada lagi pohon-pohon rindang. Kadang kalau lagi panas banget, kami sampe ga betah kerja di dalam rumah. Jadinya harus cari ‘tempat pelarian’ buat ngadem.
Tapi ternyata di daerah yang tinggi seperti Ciumbuleuit, Dago atas dan area Bukit Moko masih lumayan adem, khususnya di malam dan pagi hari. Oleh karena itu waktu denger ada penginapan di dekat Bukit Moko, langsung kami tertarik buat coba nginap di sana. Apalagi pas liat foto-fotonya yang ternyata bangunannya sangat menarik.
Konsep Bukit Saung Bambu
Dari namanya pasti sudah bisa ketebak kalau sebagian besar unsur bangunannya terbuat dari bambu. Teh Euis (pemiliknya) memang sengaja memilih bambu sebagai unsur utama bangunan supaya lebih terasa nuansa Sundanya. Ga tanggung-tanggung, sebuah struktur bambu raksasa sebagai bangunan utama berdiri dengan gagah, ditemani dengan 4 buah saung 2 lantai yang jadi kamar penginapannya.Bangunan utamanya terdiri dari beberapa tingkat dan dihubungkan dengan area dapur serta lobby. Di tengahnya ada meja panjang serta panggung mini. Katanya bisa digunakan untuk pertunjukan seni seperti main angklung ataupun tari-tarian. Kalau tidak ada event, ruangan tengah ini digunakan sebagai area makan dan nongkrong-nongkrong biasa saja.
Cottage Bambu
Untuk kamar, seperti yang sudah disebutkan tadi, ada 4 saung berlantai dua yang dibuat mengelilingi sebuah kolam kecil. Lantai bawah digunakan sebagai area duduk-duduk saja sedangkan kamarnya ada di lantai atas. Kamar mandinya ada di bawah, ada shower dan bak mandi yang bisa diisi air panas. Enak buat berendam dan pas banget kalo hawanya lagi dingin. Selain itu di masing-masing lantai bawah juga digantung hammock buat leyeh-leyeh.Yang paling berkesan buat kami adalah kamar tidurnya. Didesain sedemikian rupa sehingga terasa nyaman meskipun fasilitasnya sederhana. Matras besar & empuk diletakkan di bawah (tanpa ranjang), dibungkus dengan seprai dan selimut tipis yang bahannya enak banget. Ada sebuah meja kecil pendek untuk meletakkan barang-barang ukuran kecil. Selebihnya ditaruh di lantai bambu yang dilapisi tirai bambu tipis.Buat kami, kekurangan kecil dari kamar ini adalah ga ada tempat untuk menyandarkan kepala. Karena temboknya miring dan di ujung ranjang cuma ada meja kecil yang tidak bisa dipakai untuk duduk bersandar. Jadinya kalau udah di ranjang cuma bisa rebahan. Bisa diakalin sih. Kalau mau duduk harus di lantai dan nyandar ke sisi ranjang. Atau nyandar sama pasangan juga ok 😉Fitur utama dari kamar saung bambu adalah jendela besar dengan rangka bambu yang mengarah ke pemandangan pegunungan di depannya. Ada Gunung Patuha, Malabar, Kendang dan Manglayang. Sepertinya saungnya dinamakan sesuai dengan arah pegunungan yang bisa dilihat dari dalam kamar. Bentuk rangka jendela dari tiap kamar juga beda-beda, jadinya unik.
Imah Jandela
Selain 4 kamar berupa saung bambu, di sini juga ada jenis kamar lain yang diberi nama Imah Jandela, bahasa Sunda untuk “Rumah Jendela”. Kamar-kamar jenis ini ada di bangunan sebelahnya, yang sebetulnya berupa bangunan setengah jadi yang belum penuh tembok-temboknya.Oleh pemiliknya bangunan ini disulap dengan kreatif sehingga jadi beberapa kamar tidur yang menggunakan jendela-jendela bekas sebagai pengganti tembok. Meskipun sederhana, lagi-lagi dalamnya dibuat nyaman dengan adanya ranjang kayu, meja tulis dan lampu pojok.Di lantai bawah bangunan ini ada ruang duduk sekaligus area baca buku karena di sini ada lemari buku, sofa jadul dan beberapa kursi meja jadul juga. Enak banget duduk-duduk di sini karena dua sisinya terbuka sehingga adem dengan adanya angin semilir yang lewat.Selain itu karena ga banyak tembok dan cuma ada besi baja penyangga bangunan, view dari sini luas banget ke arah lembah hijau di depannya. Pokoknya spot yang paling mantap buat nikmati sunset di daerah Caringin Tilu.
Cafe Bukit Saung Bambu
Kalau nginap di Bukit Saung Bambu, ga usah khawatir cari makanan karena di sana selain penginapan juga ada cafe-nya. Cafe Bukit Saung Bambu buka untuk umum, bukan cuma untuk tamu yang menginap saja. Di sana spesialisasinya masakan Sunda yang dimasak begitu ada pesanan, jadinya dijamin fresh from the kitchen.Menu paling khas di Cafe Bukit Saung Bambu adalah Nasi Liwet Padukdek, disajikan menggunakan nampan sehingga sayur mayurnya terlihat berdesakan (dalam bahasa Sunda “padukdek”). Nasi liwetnya berupa nasi gurih yang disajikan menggunakan kastrol khas liwet Sunda. Sayurnya ada ayam goreng (bisa diganti dengan ikan), tahu, tempe, cumi cabe ijo dan tumis keciwis (bisa diganti toge atau kangkung). Tidak ketinggalan kerupuk dan sambal (dinamai ‘sambel hese baleum’ yang artinya sambal susah mingkem).Menu Nasi Liwet Padukdek ini cocok banget untuk dimakan rame-rame, misalnya bareng keluarga, teman atau bisa juga dipesan untuk acara arisan, meeting, dll. Paket dukdek berdua harganya Rp150.000 tapi kalo orangnya makin banyak makin murah harga per orangnya — (Paket dukdek 10 orang Rp500.000). Selain menu makanan berat ada juga cemilan seperti pisang goreng dan peuyeum goreng. Sunda banget kan menunya!
Cara Menuju Bukit Saung Bambu
- Bukit Saung Bambu ini ada di jalanan menuju Bukit Moko / Warung Daweung / Puncak Bintang.
- Pokoknya dari Jalan Suci (P.H.H. Mustofa) belok kiri ke Jalan Padasuka kemudian lurus naik saja terus sampai ke area Caringin Tilu. Dari belokan Jalan Suci sampai sana sekitar 5km. Kalau sudah ketemu Bukit Moko berarti sudah kelewat 😉
- Nanti begitu lihat plang “Dapur Caringin Tilu” masuk saja lewatin gerbangnya kemudian belok kiri ke jalanan yang agak turun ke bawah.
- Tidak jauh dari sana ada gerbang bertuliskan Bukit Saung Bambu (dan sudah kelihatan saung-saungnya koq).
Lokasi Bukit Saung Bambu ini sejuk dan jauh dari keramaian kota. Enak banget dipake ngadem. Selain itu karena lokasinya cukup dekat dengan Bukit Moko yang notabene bagus untuk sunrise ataupun sekedar melihat pemandangan kota Bandung, penginapan ini fully-booked saat weekend ataupun menjelang tahun baru. Kalau mau agak sepi, lebih enak ke sini pas weekday.
Jadi, kamu mau nginap di sini weekday atau weekend?
Bukit Saung Bambu
Jalan Padasuka Atas km 5.4, no 41F, Desa Cimenyan
(0811) 220 212
Instagram: @bukitsaungbambu
Weekday: Imah Jandela Rp550.000, Cottage Bambu Rp750.000
Weekend: Imah Jandela Rp650.000, Cottage Bambu Rp900.000
.
Cek Harga di Booking.com