Suasana Camino sudah terasa saat kami tiba di stasiun kereta Bayonne. Beberapa orang yang memanggul backpack dengan tongkat jalannya yang diselipkan di pinggir terlihat berseliweran di kota. Bahkan ada sepasang yang sudah memiliki kerang sebagai lambang perjalanan Camino, kemungkinan mereka sudah mulai perjalanan ini sebelumnya, jadi titik awalnya bukan di St Jean Pied de Port.
Saat kereta datang, ternyata keretanya hanya memiliki 2 gerbong. Dengan segera kereta tersebut terisi penuh, mayoritas dengan orang2 yang akan menjalani Camino. Terlihat pancaran semangat di wajah-wajah mereka. Saya sempat merinding karena merasakan semangat yang terpancar di gerbong kereta tersebut.
Kereta berjalan sangat lambat karena menempuh perjalanan ke atas bukit. Sepanjang perjalanan menyajikan pemandangan pedesaan yang indah. Begitu kereta sampai di stasiun kereta St. Jean Pied de Port, semua orang bergegas turun. Bahkan ada yang setengah berlari. Mereka bergegas menuju kantor pendaftaran peregrinos untuk mendapatkan paspor Camino de Santiago de Compostela.
Kami pun ikut bergegas ke kantor karena kami belum memiliki reservasi akomodasi di kota tersebut dan kami harus mengurus pengiriman backpack besar kami ke Santiago.
Ternyata kota St. Jean Pied de Port sendiri bukan hanya ramai karena menjadi titik awal rute Camino, tapi juga merupakan tujuan wisata turis lokal. St. Jean Pied de Port seperti kota dalam film-film kerajaan jaman dahulu. Jalanan kecil dengan lantai batu, di kiri kanannya banyak toko-toko kecil yang menarik, jembatan batu di atas sungai yang memantulkan bayangan rumah-rumah di sampingnya. Pokoknya mirip kota dalam dongeng deh.
Anyway, pada akhirnya kami mendapatkan dorm bed seharga 12 euro/bed di suatu kamar besar yang kemungkinan berisi 20 bed. Ranjangnya bukan ranjang tingkat namun disusun bersebelahan.
Get ready for next stories tentang perjalanan #CaminoDulu kami setiap harinya! BUEN CAMINO! 🙂