Suka makan makanan Jepang di Indonesia? Berarti harus coba makanan di Jepang di negara aslinya. 5 hari jalan-jalan di Jepang rupanya kami menemukan cukup banyak makanan lokal yang cukup khas di masing-masing daerah. Kali ini kami cuma membahas mengenai kuliner lokal di sekitar Nagoya atau biasanya disebut area Central Japan.
Berikut ini adalah makanan khas di Nagoya dan sekitarnya, bukan berarti di area lain tidak ada. Cuma memang dianggap khas karena asalnya dari daerah ini atau ada juga yang sejarahnya memang sangat erat dengan daerah ini.
1. Sushi
Meskipun bukan cuma khas Nagoya, sama seperti di seluruh daerah Jepang lainnya, tentunya sushi jadi kuliner lokal yang tidak boleh dilewatkan. Sushi di Jepang lebih banyak menggunakan irisan ikan/makanan laut mentah dibandingkan dengan beberapa restoran sushi di Indonesia yang kadang menggunakan blowtorch untuk membuat irisan ikan jadi setengah matang.
Kalau di sini asli masih mentah…tah…tah. Agak ngeri juga buat saya yang memang kurang suka ikan, apalagi ikan mentah. Tapi begitu dimakan ternyata tidak amis karena dagingnya sangat segar. Kalau masih ngeri, cocol soy sauce yang dicampur wasabi aja yang banyak untuk menutupi kesan mentahnya.
Menu sushi di sini kebanyakan berupa sashimi (irisan ikan mentah), nigiri (ikan mentah yang ditumpuk di atas nasi kepal), dan berbagai olahan makanan laut lainnya. Tidak ketinggalan miso soup di mana miso-nya berbeda karena miso Nagoya warnanya lebih gelap dan rasanya sedikit pahit, terbuat dari red miso.
2. Miso-nikomi Udon
Serupa dengan ramen, rupanya Udon juga ada banyak jenisnya. Miso-nikomi udon ini udon khas daerah Nagoya karena menggunakan miso khas Nagoya yang agak pahit dan gelap warnanya. Selain itu miso-nikomi udon ini dimasak menggunakan panci tanah liat ukuran besar di tengah meja, setelah matang baru masing-masing mengambil bagiannya ke dalam mangkok kecil.
Isinya selain mie udon (putih, bulat, panjang-panjang) juga ada potongan kulit tahu, ayam dan daun bawang. Beberapa menit sebelum siap dihidangkan, beberapa butir telur mentah dimasukkan ke dalam panci, ditutup kembali dan baru dibuka saat telur sudah matang. Miso-nikomi udon ini dimakan dengan nasi putih dan bisa juga ditambah beberapa side dishes lainnya.
3. Uiro
Cemilan lokal sederhana ini terbuat dari campuran tepung beras dan gula yang kemudian dikukus. Ada yang langsung dicampur dengan perasa lain sehingga warna dan rasanya berbeda, namun kami sempat coba yang disajikan di dalam gelas plastik kemudian atasnya ada semacam saus kental berbagai rasa sesuai pilihan: strawberry, green tea, caramel. Teksturnya agak lengket tapi tidak sekenyal dodol dan tidak secair bubur sumsum. Pokoknya pas buat dimakan pakai sendok. Rasanya juga tidak terlalu manis sehingga tidak bikin eneg.
4. Sukiyaki di restoran Ajino Yohei
Sebenarnya sukiyaki ini mungkin sangat biasa di ranah kuliner Jepang. Namun kami mau menyebutkan secara khusus sukiyaki yang ada di restoran Ajino Yohei di Takayama Old Town karena ini adalah salah satu restoran yang tercatat menyajikan makanan halal untuk wisatawan muslim. Mereka menggunakan miso dan soy sauce yang bebas alkohol dan daging ayam halal.
Sukiyaki-nya sendiri mirip steamboat/hotpot, di mana awalnya sayuran direbus di dalam kuah kaldu. Kemudian setelah sayur mulai matang baru dimasukkan daging ayam dan terakhir telur. Sukiyaki tersebut disantap dengan nasi putih panas dan juga ada beberapa side dishes kecil seperti salad, tofu dan pickled vegetable (semacam acar).
5. Goheimochi
Sesuai namanya, sudah bisa ditebak kalau goheimochi ini sejenis mochi. Namun kalau biasanya mochi dibuat dari tepung ketan, goheimochi dibuat dari tepung beras yang dibentuk menjadi rice cake, ditusukkan seperti sate. Ada yang bentuknya bulat-bulat seperti bola kecil, ada juga yang digepengkan lebar.
Sate rice cake tersebut kemudian dilumuri kombinasi soy, miso dan sesame-based kemudian dibakar sampai pas kematangannya. Goheimochi paling enak dimakan saat masih panas dan aroma wangi bumbunya masih terasa.
6. Ice Cream with Gold Leaf
Makan ice cream cone mungkin sudah biasa. Makan ice cream cone yang ditaburi bubuk emas? Di Kanazawa sudah biasa. Kanazawa ini memang terkenal sebagai daerah penghasil gold leaf terbesar di Jepang. Tidak heran banyak toko yang menjual barang-barang berlapis gold leaf sekaligus ice cream bertabur bubuk emas di daerah Higashi Chaya, area kota tua di Kanazawa.
Hakuichi, sebuah toko di Higashi Chaya yang awalnya menjual barang-barang berlapis gold/silver leaf sejak 2 tahun lalu membuat inovasi dengan menjual es krim yang ditaburi bubuk emas DAN dilapisi gold leaf di luarnya. Menurut manajer toko, tidak ada efek samping bagi tubuh baik efek positif ataupun negatif, semata-mata hanya gimmick saja. Namun toko ini selalu ramai dipadati pengunjung yang ingin merasakan sensasi makan es krim berbalut emas tipis tersebut.
Mereka membatasi dengan hanya menjual 1000 es krim emas per hari dan es krim tersebut dihargai 891 yen atau sekitar Rp105.000. Penasaran pengin coba?
7. Hida Beef
Sudah sering dengar tentang Kobe Beef tapi belum pernah dengar tentang Hida Beef. Rupanya Hida Beef ini juga salah satu dari beberapa top quality beef di Jepang selain Kobe Beef dan Matsuzaka Beef. Jenis-jenis daging sapi ini dinamai sesuai asal region-nya. Konon katanya treatment-nya pun hampir sama dengan sapi-sapi mahal lainnya: dipijat, dikasih makanan/minuman enak, bahkan katanya ada yang diperdengarkan musik klasik. Karena mereka hidupnya bahagia, maka dagingnya jadi empuk.
Kemarin kami makan Hida Beef yang disajikan dalam bentuk steak. Dari penampakan memang terlihat seperti steak biasa, namun begitu dipotong menggunakan pisau sudah langsung terasa empuknya dan begitu masuk mulut, dikunyah sedikit langsung lumer. Wajib coba kalau lagi berkunjung ke area Gifu Prefecture.
8. Hitsumabushi
Menu belut (unagi) mungkin sudah tidak asing bagi penyuka makanan Jepang, namun Hitsumabushi ini memiliki keunikan sendiri. Selain cara masaknya yang dipanggang kemudian dilumuri saus tamari (sejenis soy sauce khas Jepang), dipotong kecil-kecil, cara makannya pun ada aturannya sendiri. Hitsumabushi disajikan menggunakan mangkuk kayu besar yang memiliki tutup. Paling bawah ada nasi putih panas, baru atasnya ditutup dengan potongan belut hingga tidak terlihat sama sekali nasinya.
Pertama-tama, bagi 4 nasi dan belut yang ada di mangkok besar tersebut. Ambil bagian pertama dan pindahkan ke mangkuk kecil untuk makan. Bagian pertama ini dimakan tanpa ditambah apa-apa lagi. Selesai makan bagian yang pertama, ambil bagian kedua dan pindahkan lagi ke mangkuk kecil tersebut. Bagian kedua ini dimakan dengan menggunakan condiment berupa irisan daun bawang kecil-kecil dan wasabi. Aduk-aduk sebelum dimakan.
Bagian ketiga juga dipindahkan ke dalam mangkuk kecil, kemudian disiram dengan kuah kaldu atau green tea. Jadinya dimakan berkuah, diseruput sambil didorong menggunakan sumpit. Bagian keempat dimakan dengan cara…..bebas! Bisa pilih salah satu dari 3 metode tadi yang paling disukai: polos, pakai condiment atau disiram. Kalau saya sih paling suka metode yang ke-2, yang pake daun bawang dan wasabi. Lebih nendang gitu lho! 🙂
9. Ogura Toast
Makanan ini merupakan hasil perpaduan Japanese style dengan Western style yang banyak ditemukan di coffee house. Mentega dioleskan di atas roti bakar kemudian ditambah dengan sweet red bean paste. Rasa asin dari mentega keluar saat terkena roti panas dan berbaur dengan rasa manis dari kacang merah. Kadang masih bisa ditambah lagi dengan olesan krim kental di atasnya. Pas banget untuk teman ngopi.
10. Tebasaki-karaage
Sayap ayam goreng. Kedengarannya sederhana, tapi teknik menggoreng dan pemberian bumbunya membuat sayap ayam goreng ini sangat bisa dinikmati oleh kami berdua yang biasanya tidak terlalu suka chicken wing. Terlihat seperti dibalur tepung, tapi katanya cuma dibalur saus asin-manis gurih dan ditaburi bumbu-bumbu lain serta wijen kemudian digoreng garing. Begitu digigit, tekstur luarnya sangat crunchy tapi dalamnya masih juicy. Bumbunya pun meresap sampai ke daging. Nyaammm!!
11. Tenmusu
Sebetulnya nemu makanan ini pas lagi sarapan buffet di hotel. Baru tahu setelahnya kalau ini adalah salah satu kuliner khas Nagoya. Bentuknya seperti bola-bola nasi yang di atasnya ditaruh Ebiten (tempura udang ukuran kecil) kemudian dibungkus dengan lembaran seaweed. Rasa asin dari tempura udang menyeimbangkan rasa tawar dari nasi putihnya. Bentuk rice ball-nya lebih kecil dari rice ball pada umumnya (onigiri) sehingga bisa ‘dicaplok’ langsung dalam 1-2 gigitan.Sudah lumayan ada gambaran kan gimana kira-kira kuliner di Central Japan khususnya di sekitar Nagoya, Takayama dan Kanazawa? Sebetulnya lumayan kaget juga karena ternyata makanan Jepang ada banyak sekali elemen kecil saat disajikan. Jadi kadang dalam 1 nampan bisa ada sampai 10 jenis side dishes ataupun sekedar condiment yang menarik.
Sementara ini segini dulu yang bisa kami sharing, mudah-mudahan dalam kunjungan kami yang berikutnya ke Jepang bisa makin bertambah pengetahuan kami tentang kuliner Jepang. Itadakimasu!
Thanks to JNTO ID and Cathay Pacific ID for the trip to Nagoya and central Japan!
Cukup semangkuk ramen di musim dingin, aku sudah bahagia kak…. 😀
huhuhu….blm pernah makan ramen di jepang :(((
resto yang ada menu hida beef apa namanya di nagoya? kalau ada referensi halal resto yg ada menu hida beef info ya.. makasih sebelumnya
Maaf kurang tahu kalo di Nagoya. Coba di-google aja sekalian untuk yang ada sertifikasi halalnya. Thanks 🙂