Ada Apa di Trat (Kota Paling Timur di Thailand)? Ternyata seru banget lho!

By September 23, 2019Thailand
Ada Apa Di Trat?

Akhir bulan Agustus 2019 lalu kami sempat posting cerita jalan-jalan ke beberapa kota kecil yang sepertinya tidak banyak orang tahu di Thailand dan Kamboja. Sebetulnya itu memang sebuah proyek kecil dari dinas pariwisata Thailand bekerja sama dengan sebuah agency yang ingin mengangkat kota-kota kecil yang tidak terlalu dikenal tersebut dari sisi budayanya.

Alasannya adalah supaya orang-orang yang sudah pernah atau bahkan sering ke Bangkok bisa mengembangkan tujuan liburannya ke tempat-tempat lain di luar Bangkok, dengan catatan aksesnya masih mudah dijangkau. Oleh karena itu kami diajak ke Trat di sisi timur Thailand, dan Battambang di Kamboja.Jembatan Ikonik Di Ban Nam ChiaoDalam postingan ini kami akan cerita lebih detail soal perjalanan kami di Trat, yuk disimak!

Di mana Trat dan bagaimana cara ke Trat?

Trat merupakan propinsi yang berada di sisi paling timur Thailand dan berbatasan dengan Kamboja. Salah satu destinasi yang populer di Trat adalah Ko Chang, yang merupakan sebuah pulau yang berada tidak jauh dari daratan utama. Ko Chang termasuk 3 pulau terbesar di Thailand selain Phuket dan Ko Samui. Sebagian besar area di Ko Chang merupakan taman nasional.

Kalau kamu sudah ada di Bangkok, tidak sulit kalau mau ke Trat ini. Beberapa pilihan transportasi di antaranya:

  • Pesawat — Bangkok Airways punya jadwal terbang setiap hari dari Suvarnabhumi Airport. Waktu penerbangannya cuma 1 jam.
  • Mobil — kalau misalnya mau sewa mobil (baik nyetir sendiri ataupun sama drivernya), perjalanan darat dari Bangkok ke Trat makan waktu sekitar 5 jam.
  • Minivan / bus — untuk naik minivan/bus, kamu harus ke terminal bus Ekkamai. Jadwalnya cukup reguler (berangkat tiap jam) dan waktu perjalanan sekitar 5 jam. Ongkos sekitar Rp 112.00 – Rp140.000.

Desa Ban Nam Chiao

Ada Apa di Trat?

Kami cuma menginap 1 malam di Trat, tapi kami sempat melakukan beberapa aktivitas seru di sini. Itu karena area Propinsi Trat tidak terlalu besar, jadi ke mana-mana tidak terlalu jauh jaraknya. Sebagian besar aktivitasnya dilakukan di desa-desa kecil di luar pusat kota Trat, tapi aksesnya tidak sulit.

Ban Nam Chiao

Desa ini dikenal dengan sebutan “komunitas 3 budaya 2 agama” karena di sini penduduknya banyak yang dulunya merupakan pedagang dari Cina yang pindah ke sini awal tahun 1800an, kemudian di pertengahan tahun 1800an mulai datang orang-orang beragama Islam dari Kamboja saat ada konflik. Mereka semua disambut oleh komunitas beragama Budha yang memang sudah lama tinggal di daerah tersebut.Ban Nam Chiao Stir Fried NoodleKarena lokasi desa ini ada di pinggir sungai, banyak penduduknya yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Sewaktu kami berkunjung ke sana, kami diajak masak bareng masakan khas sana yang disebut “Ban Nam Chiao stir-fried noodle”. Yang spesial dari resep ini adalah dimasaknya pakai santan dan toppingnya pakai soft-shell crab yang bisa dimakan semua sama cangkangnya. Meskipun warnanya merah, ternyata rasanya ga pedes-pedes amat.Makanan Khas Di Desa Ban Nam ChiaoSelain stir fried noodle yang jadi menu utama, kami juga disuguhi ikan goreng sambal kecap, sup ikan dan ditutup dengan ketan siram kuah duren.Ketan Siram Saus Duren Di TratSetelah makan siang, kami diajak jalan-jalan pakai perahu motor ke area hutan bakau tidak jauh dari desa, untuk merasakan pengalaman menangkap sejenis kerang yang juga jadi kuliner khas sini. Waktu posting di IGS banyak yang penasaran sama nama makhluk tersebut, tapi ada juga beberapa yang bilang kalau di tempat mereka ada kerang yang mirip seperti itu dan memang agak jarang lihat.Duck Beaked ShellMereka hidupnya di dalam lumpur di bawah air laut yang dangkal. Jadi Adam juga lumayan kesulitan buat nangkapnya karena harus bolak-balik menyelam ke bawah air dan mengeruk lumpur menggunakan tangan. Dalam bahasa Thailand, kerang ini namanya Hoy-Pak-Ped atau secara literal dalam bahasa Inggris artinya duck-beaked shell.Savory Dessert Di Ban Nam ChiaoDari sana kami kembali ke desa Ban Nam Chiao dan langsung ditawari untuk mencicipi cemilan khas sana. Dalam bahasa Thailand namanya Khao Krieb Ya Nar, yang berupa rice cracker dengan topping kelapa dan shrimp paste, kemudian disiram dengan saus gula merah. Makanan ini unik karena merupakan kombinasi antara 2 agama, yaitu rice cracker yang merupakan makanan komunitas Muslim, dengan coconut & shrimp paste yang merupakan bagian dari makanan komunitas Budha.

Buat yang tertarik untuk mencoba aktivitas-aktivitas di atas, bisa kontak nomor ini: +6661 660 0955.

Laem Ngop

Laem Ngop ini dulunya ramai karena di sini ada pelabuhan untuk kapal-kapal yang berangkat ke Ko Chang. Namun sayangnya sekarang pelabuhan sudah dipindah ke tempat lain sehingga Laem Ngop jadi sepi. Laem Ngop ini adalah sebuah area pinggir laut yang sebenarnya sangat cantik pemandangannya.Mercusuar Di Laem Ngop TratSelain ada mercuasuar yang memang sudah ada sejak dulu, saat ini di Laem Ngop banyak spot-spot foto karena belum lama ini Laem Ngop terpilih menjadi lokasi acara “Experiencing ASEAN Pop Culture”. Di salah satu sudut promenade ada tulisan TRAT berukuran besar di mana warga lokal sering datang untuk nongkrong dan berfoto. #aseanpopculture #amazingthailandMural Dancing Together Di Laem NgopDi depan promenade di pinggir laut tersebut ada sebuah bangunan yang tembok depannya digambar mural oleh seorang seniman Thailand, dengan konsep yang diberi nama “Dancing Together”. Maksudnya adalah memberi pesan kepada masyarakat lokal supaya mereka bangkit dari kelesuan dan mulai melihat kemungkinan yang ada di kota mereka untuk masa depan.Foto Karya Fotografer Indonesia Andrew Suryono Di Laem NgopSelain itu juga ada karya seorang fotografer asal Indonesia, Andrew Suryono (pemenang National Geographic Award) . Foto tersebut dipajang di sebuah gedung di sebelah kantor Tourism Authority Thailand.

Menurut kami, meskipun tidak ada yang “wow’ di Laem Ngop, tapi kota ini sangat menyenangkan dan atmosfernya juga santai. Kalau lagi menginap di Trat, bolehlah mampir ke sini sore-sore untuk sunsetan dengan pemandangan laut.Hoy Pak Ped Yang Sudah DimasakSaat makan malam kami disuguhi kerang hasil tangkapan kami tadi sore (hoy pak ped) yang sudah dimasak pakai saus gurih pedas. Enak juga lho ternyata!

Penginapan di Trat: Ban Pu Resort

Ban Tha Ra Nae

Hari kedua di Trat kami dibawa ke desa lain yang namanya Ban Tha Ra Nae. Di sini area hutan bakau yang diberi nama Lan Ta Boon karena kebanyakan pohon bakau di sini jenisnya Ta Boon. Pohon bakau Ta Boon ini memiliki akar yang menyembul keluar dari dalam tanah dan menyebar luas di sekelilingnya. Saking banyaknya pohon bakau jenis ini, pemandangan hutan bakaunya jadi unik dan menarik.Menyusuri Hutan Bakau Di TratPerjalanan ke hutan bakau ini diawali dengan naik kapal motor kecil, kemudian masuk ke area hutan lebat yang lebih sempit jalur airnya. Ternyata di sana mereka sudah bikin jalur boardwalk di mana pengunjung bisa jalan kaki menyusuri hutan bakau jalan darat. Pemandangannya keren banget karena tidak biasa. Kreatifnya penduduk sana, mereka bikin ayunan serta ada juga main bowling pakai buah semacam kelapa.Hutan Bakau Di Ban Tha Ra Nae TratSelesai susur mangrove, kembali ke daratan kami disambut dengan teh dan cemilan. Yang bikin kagum, ternyata tehnya berasal dari rebusan tanaman parasit yang sempat kami lihat di hutan bakau tadi. Jadi tanaman itu bisa dipotong, dikeringkan kemudian diseduh jadi teh. Khasiatnya banyak untuk kesehatan, salah satunya untuk memperlancar sirkulasi dan juga bagus buat jantung.Lan Ta Boon Di TratDaun teh kering tersebut tidak dijual di tempat lain, cuma bisa dibeli di sana. Karena memang tanamannya didapat dari hutan bakau tersebut, jadi bukan sengaja dikembangbiakkan untuk komoditi. Jadi kalau mau coba tehnya, ayo datang ke desa Ban Tha Ra Nae! 😉

Selain teh, mereka juga dengan kreatif menyajikan keripik dari daun yang juga tumbuh di hutan bakau tersebut. Daun tersebut digoreng di tempat pakai tepung tempura. Rasanya agak mirip keripik bayam. Enyakk!Teh Dan Tempura Dari Tanaman Di Hutan Bakau TratBelum cukup dengan susur mangrove dan icip-icip teh serta keripik daun dari hutan bakau, dari sana kami diajak ke rumah salah satu penduduk desa untuk menunjukkan cara membuat tie dye dengan menggunakan pewarna alami dari tanaman Ta Boon tadi. Jadi, buah yang mirip kelapa yang tadi dipakai main bowling, itu memang tidak bisa dimakan. Tapi serabutnya bisa diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan untuk jadi pewarna alami warna coklat/merah bata.Belajar Bikin Tie Dye Di TratKami sempat diajari beberapa teknik membuat pola-pola tie dye dengan menggunakan bahan-bahan sederhana seperti karet gelang, batu serta kelereng. Waktu celupnya pun ternyata ga lama, cuma sekitar 20 menit. Dari sana kami pulang bawa beberapa lembar kain hasil celup yang dibikin sendiri. Yay! Seru banget aktivitas yang ditawarkan di desa ini. Sukak banget deh kreatifitas masyarakat lokalnya.

Buat yang tertarik untuk mencoba aktivitas-aktivitas di atas, bisa kontak nomor ini: +6681 161 6694 (Saichon).

Wat Buppharam (Wat Plai Khlong)

Kami tidak sempat eksplor banyak di pusat kotanya sih, tapi kami sempat mampir ke sebuah kuil tua yang sangat dihormati karena merupakan kuil tertua dan paling artistik serta bersejarah di propinsi ini. Gaya kuilnya serupa dengan kuil-kuil jaman Ayutthaya. Area halamannya sangat cantik dengan halaman rumput hijau yang terawat rapih serta kolam kecil yang dipenuhi tanaman air. Karena sedang direnovasi, kami tidak bisa masuk ke bangunan utamanya. Tapi katanya bangunan kuilnya masih asli dan terawat seperti kondisi aslinya.Wat Buppharam Di Kota Trat ThailandSetelah mampir ke pusat kota Trat dan makan siang, kami melanjutkan perjalanan kami menuju ke perbatasan Kamboja untuk ke Battambang. Cerita lengkap tentang Battambang akan ada di postingan berikutnya.

Semoga sekarang sudah ada lebih banyak gambaran tentang Trat ya. Kalau butuh info lebih detail tentang masing-masing aktivitas di desa-desa tersebut, langsung aja hubungi contact person-nya ya.

Join the discussion One Comment

  • Ibadah Mimpi says:

    Wahhh seru juga yaaa… Ternyata Thailand gak hanya menawarkan Bangkok doang, ada banyak tempat-tempat seru lainnya untuk dieksplore.

Leave a Reply